M
|
alam ini, aku
melangkahkan kakiku ke ruangan kerja ayah dan mendekati salah satu laci meja
kerjanya. Aku tidak tahu mengapa ayah begitu bersikeras melarangku untuk
membuka laci ini sejak usiaku masih terbilang kanak-kanak. Beruntung mulai hari
ini sampai minggu depan, ayah mendapat tugas di luar negeri. Di dalamnya, aku
menemukan sebuah diary using. Yah… mungkin ini akan menjadi rahasia antara aku,
Tuhan, dan untaian kalimat yang aku baca dalam diary itu.
Pada
halaman pertama, terdapat foto ayah dengan seorang perempuan. Ah.. ini Ibu.
Wajahnya mirip sekali denganku. Aku dapat mengenalinya dengan jelas meksipun
aku tidak pernah melihat, meyentuh, dan merasakan kasih sayang dari ibu karena
ibu meninggal sesaat setelah aku menyapa dunia. Aku tersenyum pahit. Tanpa
ragu, aku membuka halaman selanjutnya. Hatiku tercengang dengan isi halaman
tersebut.
Surat untuk Naira
Naira, ibumu meninggal dengan menyiapkan
beberapa pesan untukmu. Ia mengatakannya kepda ayah beberapa saat sebelum
operasi dimulai. Ibu minta tolong kepada ayah untuk senantiasa menjaga dan
merawatmu sepenuh hati. Ibu juga memohon kepada ayah untuk menjadikanmu sebagai
putri nomor satu di dalam hidup yah. Ibu memperingatkan ayah untuk tidak
membenci teman lelakimu karena ibu sangat ingin melihat putrinya jatuh cinta.
Ibu menasihatimu bahwa keajaiban yang terbaik adalah saat kelak kamu membuat
hati orang yang kamu cintai berdegup kencang dan inilah kalimat terakhir yang
ibu katakan agar ayah menyampaikan pada ketika kamu memasuki mahligai
pernikahan ,’ia harus menjadi ibu yang baik bagi anak-anakny, ia harus
senantiasa berada di sisi mereka dan mngikuti pertumbuhan serta perkembangan
mereka’ Sedangkan ini adalah pesan ayah
untukmu, nak… terkadang banyak hal-hal yang tidak terlihat di dunia ini. Tetapi
hal-hal itulah yang terpenting dalam hidup kita. Selamat atas hari
pernikahanmu, nak. Ayah dan ibu mencintaimu.
Air mata
merebak di kedua sisi mataku. Ketika aku membuka lembaran selanjutnya, tidak
ada apapun lagi yang tertulis di buku diary itu. Mungkin suatu saat nanti
ketika aku menikh, aku akan membaca surat ini untuk kedua kalinya. Terima kasih
ayah. Terima kasih ibu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar