Selasa, 19 November 2013

YANG TIDAK TERLIHAT - Karya Novita - 9_1/17



M
alam ini, aku melangkahkan kakiku ke ruangan kerja ayah dan mendekati salah satu laci meja kerjanya. Aku tidak tahu mengapa ayah begitu bersikeras melarangku untuk membuka laci ini sejak usiaku masih terbilang kanak-kanak. Beruntung mulai hari ini sampai minggu depan, ayah mendapat tugas di luar negeri. Di dalamnya, aku menemukan sebuah diary using. Yah… mungkin ini akan menjadi rahasia antara aku, Tuhan, dan untaian kalimat yang aku baca dalam diary itu.
Pada halaman pertama, terdapat foto ayah dengan seorang perempuan. Ah.. ini Ibu. Wajahnya mirip sekali denganku. Aku dapat mengenalinya dengan jelas meksipun aku tidak pernah melihat, meyentuh, dan merasakan kasih sayang dari ibu karena ibu meninggal sesaat setelah aku menyapa dunia. Aku tersenyum pahit. Tanpa ragu, aku membuka halaman selanjutnya. Hatiku tercengang dengan isi halaman tersebut.

Surat untuk Naira
Naira, ibumu meninggal dengan menyiapkan beberapa pesan untukmu. Ia mengatakannya kepda ayah beberapa saat sebelum operasi dimulai. Ibu minta tolong kepada ayah untuk senantiasa menjaga dan merawatmu sepenuh hati. Ibu juga memohon kepada ayah untuk menjadikanmu sebagai putri nomor satu di dalam hidup yah. Ibu memperingatkan ayah untuk tidak membenci teman lelakimu karena ibu sangat ingin melihat putrinya jatuh cinta. Ibu menasihatimu bahwa keajaiban yang terbaik adalah saat kelak kamu membuat hati orang yang kamu cintai berdegup kencang dan inilah kalimat terakhir yang ibu katakan agar ayah menyampaikan pada ketika kamu memasuki mahligai pernikahan ,’ia harus menjadi ibu yang baik bagi anak-anakny, ia harus senantiasa berada di sisi mereka dan mngikuti pertumbuhan serta perkembangan mereka’  Sedangkan ini adalah pesan ayah untukmu, nak… terkadang banyak hal-hal yang tidak terlihat di dunia ini. Tetapi hal-hal itulah yang terpenting dalam hidup kita. Selamat atas hari pernikahanmu, nak. Ayah dan ibu mencintaimu.

Air mata merebak di kedua sisi mataku. Ketika aku membuka lembaran selanjutnya, tidak ada apapun lagi yang tertulis di buku diary itu. Mungkin suatu saat nanti ketika aku menikh, aku akan membaca surat ini untuk kedua kalinya. Terima kasih ayah. Terima kasih ibu. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar