Setiap tahun bangsa Indonesia merayakan
ulang tahun kemerdekaan, tepatnya tanggal 17 Agustus. Berbagai pernak-pernik
perhiasan ulang tahun kemerdekaan mewarnai sudut-sudut kota. Warna merah putih menjadi perhiasan
unggulan. Toko-toko kelontong meraup keuntungan lebih menjelang festival tujuhbelasan.
Mercon dan kembang api adalah letupan-letupan ledakan pemeriah ulang tahun
kemerdekaan yang selalu menghiasi malam tujuhbelasan.
Perayaan HUT kemerdekaan Indonesia kemudian menjadi festival dan sebatas ritual
belaka.
Inikah makna kemerdekaan yang dimaksud
para pendiri bangsa? Lalu, apakah kemerdekaan kemudian hanya sebatas ritual
atau festival saja dan setelahnya kita kembali jatuh ke dalam persoalan-persoalan
serupa? Seperti kebebasan beragama yang dibekap oleh monopoli ideology-ideologi
keagamaan tertentu, kualitas pendidikan yang buruk, pembangunan yang tidak
merata, kasus korupsi yang menggurita? Inilah wajah pucat kemerdekaan bangsa
Indoensia yang telah 68 tahun berlalu. Kita bangsa Indoenesia hidup dalam
kemerdekaan semu dengan seluruh ketidakadilan yang merata.
Masih bergelimangnya persoalan bangsa
Indonesia lantas tidak membuat kita kehilangan asa untuk terus meju. Kita harus
mampu menyeruak rimba ketertinggalan, membuka katub-katub penyebab kebodohan
dan terus berderap maju dalam harapan akan masa depan yang lebih baik,
kemerdekaan yang lebih menyata dalam pembangunan sehingga memungkinkan bagi anak-anak bangsa
Indonesia untuk mengakses sumber-sumber hidup dan sumber-sumber pengetahuan.
Inilah kemerdekaan yang dimaksud, bahwa kita bangsa
Indonesia bebas dalam menetukan nasib kita sendiri. Bebas untuk memperbaiki
taraf hidup ke arah yang lebih baik. Tapi apakah hal tersebut telah dicapai?
Inilah tugas kita semua untuk membawa bangsa Indonesia keluar dari berbagai
keterpurukan. Kita sebagai bangsa Indonesia harus mempu merajut kembali
nilai-nilai kemerdekaan yang telah dicapai oleh para pendiri bangsa. Lakukan
sesuatu yang berguna bagi bangsa dan negara sesuai profesi dan kapasitas sosial
yang kita miliki.
Sebagai pelajar mari kita terus
berprestasi di dalam belajar. Bersaing secara sehat dengan siswa/i lain. Tidak
mudah puas dalam hal belajar karena ESENSI belajar adalah rasa ingin tahu terus
menerus dan pencaraian tanpa henti hingga akhir hayat. Lakukanlah sesustau
sesuai kapasitas kita demi kebaikan bangsa dan negara. Siapa yang setia pada
perkara-perkara kecil, dia juga akan setia pada perkara-perkara besar.
SALAM INDONESIA….!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar