Jumat, 23 Agustus 2013

68 TAHUN KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA : MENGGUGAT SEBUAH NASIONALISME Oleh. Joseph Kristiandinata, guru TIK


Sebagai guru, cobalah Anda bertanya kepada murid Anda, apakah mereka bangga menjadi orang Indonesia. Tidak tentu Anda akan mendapatkan jawaban ya. Cobalah Anda tanya lagi, apakah mereka mencintai produk dalam negeri? Apakah mereka mencintai kebudayaan Indonesia? Akan lebih sulit lagi mendapatkan jawaban ya.

Beberapa waktu belakangan ini, kita membaca di banyak media mengenai keprihatinan akan nasionalisme di kalangan generasi muda. Banyak anak sekolah tidak berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Banyak anak sekolah tidak hapal teks Pancasila. Banyak anak sekolah tidak tahu mengenai kebudayaan daerah Indonesia. Banyak anak sekolah tidak kenal pahlawan nasional. Yang lebih memprihatinkan, generasi muda sekarang lebih condong kepada budaya luar daripada budaya nasional, misalnya budaya K-Pop yang sekarang tengah mendunia.

Masih segar dalam ingatan, beberapa waktu yang lalu, Malaysia sempat meng-klaim batik sebagai budaya milik mereka. Lalu menyusul lagu Rasa Sayange. Mengapa hal seperti ini bisa terjadi? Karena kita sebagai bangsa Indonesia kurang memiliki nasionalisme terhadap kebudayaan sendiri. Lunturnya nilai-nilai nasionalisme ini nantinya akan menyebabkan hilangnya identitas bangsa Indonesia di mata dunia.

Sekolah sebagai garda terdepan dalam dunia pendidikan perlu menggalakkan semangat cinta negara dan menumbuhkan semangat nasionalisme. Maka dalam konteks peringatan kemerdekaan Republik Indonesia ke-68 tahun ini, semangat nasionalisme menjadi relevan untuk diangkat.

Di tengah berbagai pemberitaan mengenai keprihatinan akan nasionalisme generasi muda, ternyata masih banyak generasi muda di republik ini yang memperlihatkan sikap nasionalisme yang pantas untuk dibanggakan. Dalam Olimpiade Astronomi Dunia di Volos, Yunani baru-baru ini, Tim Indonesia menjadi juara ke-3, mengungguli Cina(4), India(5), Rusia(10) dan AS(11). Tim Indonesia diwakili oleh M.Imam Adli dari SMA Kharisma Bangsa, Banten; David Orlando Kurniawan dari SMAK 1 Penabur, Jakarta; Marcelina Viana dari SMA Santa Ursula, Jakarta; Rizki Wahyu Pangestu dari SMAN 1 Banjarnegara, Jawa Tengah; dan R.Aryo Tri Adhimukti dari SMAN 3 Malang, Jawa Timur.

Sebenarnya prestasi akademik siswa-siswa Indonesia di pentas dunia sudah lama dikenal terutama melalui Olimpiade Fisika. Orang-orang inilah yang mengangkat nasionalisme Indonesia di panggung internasional. Selain itu, ternyata banyak orang Indonesia di luar negeri yang mempunyai prestasi besar dan masih mempunyai rasa nasionalisme yang tinggi. Misalnya Prof. Nelson Tansu adalah profesor di universitas ternama Amerika, Lehigh University, Pensilvania dan mengajar para mahasiswa di tingkat master (S-2), doktor (S-3) dan post doctoral Departemen Teknik Elektro dan Komputer. Lalu ada Yanuar Nugroho, pengajar di Manchester Institution of Innovation Research dan Pusat Informatika Pembangunan Universitas Manchester di Inggris. Dan juga ada Sri Mulyani yang dipercaya menjadi Direktur Pelaksana Bank Dunia.


Semua pencapaian ini menjadi momentum yang baik untuk membangkitkan kembali rasa nasionalisme yang sudah mulai luntur di kalangan generasi muda. Apalagi di dalam rangka peringatan kemerdekaan Republik Indonesia yang ke68. Presiden AS  ke-35, John F. Kennedy pernah mengatakan satu kalimat yang sangat terkenal: Don't ask what your country can do for you, but ask yourself, what you can do for your country. Jangan tanya apa yang negaramu bisa berikan untukmu, tapi tanyalah dirimu, apa yang bisa kamu berikan untuk negaramu. Kata-kata ini sangat tepat untuk menggambarkan seorang warga negara yang baik seharusnya mempunyai sikap nasionalisme yang pantas dibanggakan untuk negaranya. Melalui momentum peringatan 68 tahun kemerdekaan RI, mari kita diingatkan kembali untuk mempunyai jiwa nasionalisme yang sejati. Mari kita mencintai budaya sendiri lebih daripada budaya asing. Mari kita bangga menjadi orang Indonesia. Dirgahayu RI ke 68.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar